Sunday, August 16, 2015

Kunjungan ke Empat

Luka terus menerus mengeluarkan darah merah kehitaman,beliau tidak mau lukanya ditutup dan memarahi saya karena tidak sembuh sembuh dan capek dengan cara pengobatanku...Saya beri pengertian kepada beliau panjang lebar tentang keiklasan dan kesabaran.Diamputasi memang urusan selesai,tapi apa salahnya diatasi sendiri dahulu.Toh saya datang melayanipun secara cuma cuma dan sabar.Walau telah dinasehati istri,anak anaknya tetap saja beliau meminta berhenti diobati dengan alasan percuma saja tidak bakal sembuh.He he he beliau berputus asa. Kemudian saya berunding dengan keluarga agar yang menangani nanti adalah istriny karena beliau masih marah.Dan istrinyapun setuju.Hari ini saya hanya membersihkan luka beliau saja. Istri beliau yang membalut luka dengan perban biasa tanpa dengan ramuan yang seperti saya lakukan.,dan saya mengingatkan perban harus tetap dikontrol dan diganti.jangan sampai dihinggapi lalat. Sepertinya beliau masih marah dan berputus asa dan percuma saja saya panjang lebar hari itu menjelaskan.,mungkin besok atau lusa beliau akan berubah sikap.saya pun pamit untuk pulang karena sudah larut malam.Anak dan istri beliau meminta maaf kepada saya dan saya sangat memahami keadaan dan kondisi beliau.Ya namanya saja melayani orang sakit harus sabar dan telaten.Kamipun tertawa bersama. Sesampai dirumah saya pun berfikir tentang kejadian dan sikap beliau yang berubah tidak koorperatif hari itu.Sambil terus berdoa dan mencari solusi yang terbaik untuk mengobati luka beliau.kasiahan orang gak mampu.Walau sayapun orang yang gak mampu juga he he he.tapi masih semangat berbagi dan berguna untuk sesama.Karena kelelahan mikir,sayapun tertidur pulas...

No comments:

Post a Comment